Monday, July 9, 2012

Hari Terus Berjuang Cari Keadilan

Hari Suwandi Korban Lumpur Lapindo (Foto: Dina K/Okezone)
Hari Suwandi Korban Lumpur Lapindo (Foto: Dina K/Okezone)

JAKARTA - Rasa pesimis tak tersirat dalam wajah Hari Suwandi (44) korban lumpur Sidoarjo, Jawa Timur. Pria yang tinggal di Desa Kedung Bendo RT 08 RW 03, Tanggul Angin, Sidoarjo ini sudah menempuh 26 hari perjalanan.  
 
Terhitung semenjak tanggal 14 Juni 2012. Ia berjalan kaki menuju Jakarta demi mengaspirasikan suaranya ke pemerintah. Pria ini mengenakan pakaian serba hitam serta menutup kepalanya dengan blangkon dan caping.
 
Dengan bermodalkan Rp 50.000 Hari mengaku aksinya ini dilakukan supaya pemerintah mendengar dan mendukung. Sempat sebelumnya, Hari dan warga korban lumpur Sidoarjo melakukan aksinya seperti menutup jalan raya Porong bahkan menghentikan aktivitas yang ada di tanggul. Namun, menurutnya aksi ini tidak signifikan alias tidak berbuah apa-apa terhadap warga.
 
"Selama dalam perjalanan saya sambil menjual Kaset DVD film kisah nyata atau film dokumenter Porong, dijual Rp50 ribu. Hasilnya itu untuk makan kami sehari-hari dan untuk beli bensin. Saya bawa 100 keping DVD sekarang tinggal 45 keping," ujar ayah dari keempat anak itu, kepada Okezone, di kantor LBH, Jakarta Pusat, Senin (9/7/2012).
 
Alasan dia melakukan aksi jalan kaki dari Porong menuju Jakarta, dengan tujuan mencari dukungan atau galangan masa terhadap korban lumpur Lapindo.
 
"Kami jalan dari Porong bukan Longmarch tapi jalan ke kota-kota bahkan kami singgahi dan minta dukungan dan itu sudah terbukti kami sudah mendapat dukungan dari warga korban lumpur Lapindo yang belum juga diselesaikan keluarga Bakrie," ungkapnya.
 
Hari yang sebelumnya berprofesi sebagai pengrajin tas dan dompet itu merasa kehilangan mata pencarian setelah musibah lumpur Sidoarjo itu. Disamping dia, 14 orang karyawan yang dibawahinya turut kehilangan pekerjaan.
 
"Setelah terjadinya lumpur Lapindo ini kehidupan saya sudah berantakan, kami tidak bisa memproduksi tas lagi karena alat-alat produksi saya sudah tenggelam," terangya.
 
Dalam aksinya kali ini dia ditemani istrinya Sri Bati (42). Senada dengan suaminya, ia mendesak supaya pemerintah bertindak tegas atas Perpres 14 tahun 2007. "Pemerintah harus bertanggung jawab. Tujuan utamanya sih bertemu SBY," ucapnya.
 
"Selama ini kami hanya diangsur Rp5 juta kalau dibagi tiga jadi Rp1.500.000. Dan mereka kehilangan pekerjaan. Dengan diangsur seperti itu mereka hanya cukup untuk memberi makan saja. Untuk beli rumah enggak bisa, yang jelas saya menekan pemerintah," tegasnya.
 
Sri selama mendampingi suaminya itu mengaku cemas lantaran takut terjadi apa-apa. "Saya sebenarnya enggak rela, menangis terus. Bapak itu tadi Badanya gemuk sekarang kurus, tapi demi warga Lapindo dia melakukan ini," paparnya.
 
Setelah tiba di LBH, Hari akan dijadwalkan ke kantor Walhi guna konferensi pers. Namun, keinginannya untuk menemui Presiden SBY di Istana Negara gagal hari ini.
 
"Surat-surat untuk ke Watimpres belum jadi jadi ada prosedur yang harus dilaksanakan, karena Kontras belum menyelesaikan, kemungkinan besok saya bertemu dengan bapak SBY" tutupnya.

(hol)

Hari Terus Berjuang Cari Keadilan Gallery

Hari Terus Berjuang Cari Keadilan Hari Terus Berjuang Cari Keadilan Hari Terus Berjuang Cari Keadilan Hari Terus Berjuang Cari Keadilan Hari Terus Berjuang Cari Keadilan Hari Terus Berjuang Cari Keadilan Hari Terus Berjuang Cari Keadilan

0 comments:

Post a Comment