Monday, July 23, 2012

Merasiokan Keabsurdan Masyarakat


Judul : Lelaki Yang Terus Mencari Sumbi
Penulis : Hermawan Aksan
Penerbit : Indie Book Corner
Cetakan : I, November 2011
Tebal : 138 halaman

Kepercayaan merupakan suatu keadaan psikologis ketika seseorang menganggap suatu premis benar. Bangunan dan benda aneh sering di anggap keramat oleh sebagian masyarakat, mengantarkan mereka pada penakdisan benda-benda kuno.

Saat zaman penuh teknologi dengan menimbang keyakinan pada otak, ternyata di antara seantero Indonesia masih sangat banyak manusia yang menenggelamkan dirinya pada keyakinan dan keadaan dilema, sedangkan zaman menuntut sebuah perbedaan.

Sebagian di antara mereka percaya bahwa mengambil sesuatu dari bangunan tua semacam candi dapat berakibat pada bencana, jika mereka telah tidak atau sengaja berbuat salah, mereka akan bertimpuh dengan takzim sambil memohon berkah dan ampun dihadapan ruh para leluhur.

Tidak pada Hermawan Aksan yang mengusung cerpen berdasarkan rasio dan meninggalkan hal-hal absurd. Ia mencoba mematahkan prasangka negatif masyarakat melalui sebuah antologi cerpen, dengan 17 sajian cerita yang termuat sejak 1991 hingga 2007 di beberapa media.

Di dalamnya terdapat cerita tentang banjir di daerah candi citoke, bukan disebabkan oleh mereka yang kualat akibat mengambil satu atau dua ranting di sekitar candi, namun lagi-lagi sebab ulah tangan manusia yang kontinu mengeksploitasi alam tanpa adanya reboisasi. (hal.32)

Ia juga menyisipkan tentang sebuah perjalanan Sangkuriang dan Dewi Sumbi, dengan pengorbanan Sangkuriang dan segala yang di miliki, menunggu dan menghambakan diri menuju satu tujuan, yaitu cinta tak ternoda. Namun lagi-lagi dengan sebuah alasan dan ketetapan tuhan, mereka tak dapat bersama meski Sangkuriang telah berusaha tegar bertahun-tahun lamanya. (hal.91)

Dalam buku setebal 138 halaman, lelaki jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, menyuguhkan banyak cerita tak terduga, dengan alur dan plot yang begitu baik, dan tentu dengan ide-ide kreatifnya.

Buku ini sarat dengan pesan moral, juga kritikan kepada kita dan pemerintah agar selalu peduli kepada alam. Selain sangat cocok untuk bacaan ringan, buku ini begitu menghibur dan mencerdaskan Anda melalui kosakata yang mungkin belum Anda ketahui.

Peresensi adalah Walu’ Alqoyusyin, mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Indonesia (STAIINDO) Klender Jakarta Timur, yang aktif dalam forum kajian ketapang (FK2)


(//mbs)

Merasiokan Keabsurdan Masyarakat Gallery

Merasiokan Keabsurdan Masyarakat Merasiokan Keabsurdan Masyarakat Merasiokan Keabsurdan Masyarakat Merasiokan Keabsurdan Masyarakat Merasiokan Keabsurdan Masyarakat Merasiokan Keabsurdan Masyarakat Merasiokan Keabsurdan Masyarakat

0 comments:

Post a Comment