Penambangan Emas, Air Sungai di Madina Mengandung Merkuri

Ilustrasi

MADINA - Penambangan secara besar-besaran menggunakan bahan kimia merkuri di sungai Kabupaten Mandailing Natal (Madina) berdampak buruk bagi masyarakat. Padahal selama ini air sungai dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari, Jumat (8/6/2012).

Suara galundung, mesin pengolah emas beroperasi selama 24 jam di sepanjang sungai di kabupaten penghasil emas terbesar di Sumatera Utara itu. Ada sekitar 11.100 mesin yang bekerja saban hari. Puncak-puncak gunung juga membiru karena ribuan tenda yang didirikan para penambang yang datang dari berbagai daerah. Mereka beradu, berburu mencari rezeki dari aliran sungai dengan mendulang emas.

Umumnya, para penambang mengolah hasil tambang dengan menggunakan zat kimia merkuri, atau air raksa untuk mengolah bebatuan menjadi butiran emas. Kemudian, secara sadar atau tidak, mereka membuang limbah pengolahan ke aliran sungai, yang selama ini digunakan warga untuk keperluhan sehari-hari.

Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Madina, dr. Amril Fadli, menyebutkan para pengolah emas menggunakan 225.600 Mg per liter air raksa atau merkuri dari 335 galundung di aliran sungai.

Hasilnya, Dinas Kesehatan Pemkab Madina mencatat adanya kadar toksin yang mengandung 0,001 persen zat asam merkuri, di aliran sungai di tujuh desa, yakni Hutabargot, Longat, Panyabungan Jae, Gunung Tua, Mompang, Malitang, dan Nagan Juang.
 
Meski terbilang kecil, namun tetap berbahaya bila digunakan dalam kurun waktu di atas tiga tahun. Zat asam mercukuri bersifat mengendap dan tidak larut oleh air, yang dapat merusak tanaman dan ekosistem sungai.
(Abdullah Raja Sakti/Sindo TV/ris)

Penambangan Emas, Air Sungai di Madina Mengandung Merkuri Gallery