Thursday, June 14, 2012

Meneladani Semangat Belajar Anak-Anak Laskar Pelangi


Judul Buku : Mahar dan Kalung Buah Aren
Penulis : Alya Namira Nasution
Penerbit : Bentang Belia
Cetakan : Pertama, Februari 2012
Tebal : vi + 126 Halaman

Kisah anak-anak dengan semangat baja yang tak pernah kenal menyerah untuk meraih impian dalam buku Laskar Pelangi telah menginspirasi banyak orang. Tidak hanya pecinta sastra di tanah air, beberapa penerbit luar negeri pun tertarik untuk menerbitkan kembali buku karya Andrea Hirata yang fenomenal itu. Saat buku itu diangkat ke film layar lebar pun, jutaan penggemar Laskar Pelangi berbondong-bondong untuk menyaksikan secara visual aksi tokoh-tokoh seperti Ikal, Lintang, Mahar, dan tokoh-tokoh lainnya.

Salah satu tokoh yang digambarkan sebagai anak yang kreatif dalam Laskar Pelangi adalah Mahar, seorang murid yang ke mana-mana selalu membawa radio transistor kesayangannya untuk mendengarkan informasi dan lagu-lagu jazz, yang menurut Mahar adalah musiknya orang-orang pintar.

Buku Mahar dan Kalung Buah Aren karya Alya Namira Nasution adalah salah satu buku seri Laskar Pelangi Anak terbitan Bentang Belia yang dikembangkan dari novel karya Andrea Hirata, dan dipersembahkan khusus untuk pembaca anak-anak. Dengan bahasa yang ringan dan sederhana anak-anak bisa dengan mudah mencerna kisah demi kisah dalam novel ini.

Novel ini bercerita tentang Mahar dan kiprahnya di sekolah Laskar Pelangi yang selalu membuat teman-temannya terhibur karena jiwa seni Mahar yang tinggi. Tak ada wajah murung sedikit pun tampak di wajah Mahar. Dia adalah penghibur andal teman-temannya yang dirundung sedih. Bahkan, saat Ikal ditinggal sahabatnya, A Ling, Mahar lah yang mencoba menghibur dengan lagu Bunga Seroja yang dinyanyikannya.

Membaca novel ini memang tidak jauh beda dengan Laskar Pelangi versi Andrea Hirata. Karena semua kisah yang diracik Andrea Hirata ada dalam novel ini. Dari cerita saat Pak Harfan dan Bu Muslimah menunggu sepuluh orang murid saat penerimaan murid baru, munculnya tokoh Harun yang menjadi “penyelamat” bagi sekolah Laskar Pelangi untuk tetap bisa dibuka, hingga kisah Lintang yang penuh semangat membara menempuh perjalanan puluhan kilo meter dengan sepeda onthelnya untuk belajar di sekolah hampir rubuh di Belitong itu. Yang beda dari kisah ini adalah gaya bahasanya yang lebih sederhana karena memang diperuntukkan khusus untuk anak-anak Indonesia agar bisa meneladani perjuangan dan pengorbanan anak-anak Laskar Pelangi dalam meraih mimpi dan cita-cita.

Pembaca akan dibuat terkagum-kagum membaca buku ini, karena ternyata penulisnya masih berusia 11 tahun. Alya Namira Nasution adalah salah seorang penulis cilik yang sudah menulis beberapa novel. Pengalaman penulis yang telah merilis beberapa buku menjadikan buku ini “spesial”, karena tidak semua penulis cilik bisa diberi kesempatan untuk menulis novel Laskar Pelangi versi anak. Selain karena “kerumitan” yang akan ditemui saat penulisan novel yang diadaptasi dari novel yang sudah dikenal pembaca luas, para penulis seri Laskar Pelangi Anak juga dituntut agar tidak terjebak “plagiarisme” yang banyak menghinggapi penulis pemula.

Hadirnya buku ini akan menambah semarak buku-buku anak yang saat ini sedang booming. Banyak penerbit yang membuka lini khusus untuk menerbitkan buku tema anak yang diberi “caption” khusus pada sampul buku yang diterbitkan. Seperti Kecil-Kecil Punya Karya, Penulis Cilik Punya Karya, Kakak Cilik Punya Karya, dan beberapa caption lain yang tak sulit kita temukan di toko-toko buku.

Membaca novel setebal 126 halaman ini pembaca anak-anak dijamin tidak akan bosan, karena di setiap bab dilengkapi ilustrasi yang persis sekali dengan adegan-adegan dalam film Laskar Pelangi. Saat Lintang ‘dihadang’ seekor buaya ketika berangkat ke sekolah, tarian hasil kreativitas Mahar dalam karnaval 17 Agustus-an, acara cerdas cermat, hingga peristiwa mengharukan saat Lintang harus keluar dari sekolah demi menjaga adik-adiknya, ketika ayahnya tak ada kabar saat melaut. Semua dilukiskan secara jelas lewat narasi dan ilustrasi, sehingga pembaca ikut merasakan apa yang dialami oleh sepuluh orang anak Laskar Pelangi yang patut untuk diteladani. (*)

Peresensi: Untung Wahyudi, penulis kelahiran Sumenep, Madura.
Sejumlah karyanya dimuat media lokal, nasional dan beberapa media online.


(//mbs)

Meneladani Semangat Belajar Anak-Anak Laskar Pelangi Gallery

Meneladani Semangat Belajar Anak-Anak Laskar Pelangi Meneladani Semangat Belajar Anak-Anak Laskar Pelangi Meneladani Semangat Belajar Anak-Anak Laskar Pelangi Meneladani Semangat Belajar Anak-Anak Laskar Pelangi Meneladani Semangat Belajar Anak-Anak Laskar Pelangi Meneladani Semangat Belajar Anak-Anak Laskar Pelangi Meneladani Semangat Belajar Anak-Anak Laskar Pelangi

0 comments:

Post a Comment