Monday, June 4, 2012

Help! Saya Butuh Mak Comblang


VIVAlife - Sekar Arum sudah tiga bulan melajang. Gadis 25 tahun ini mulai merasakan tak enaknya hidup tanpa pasangan. Di tengah kesibukan sebagai digital business representative perusahaan iklan, ia tergoda mencari informasi biro jodoh profesional.

Ia butuh mak comblang. Dengan hasrat bergejolak, jarinya memainkan sejumlah kata kunci di mesin pencari Google. Mengantarnya ke sebuah situs menarik: The DateRace.

Pada akhir 2011, ia memutuskan bergabung. "Saya mengikuti program kencan ini karena saya sudah terlalu sibuk dengan lingkungan pekerjaan, tak punya banyak waktu bersosialisasi," kata Sekar saat bertemu dengan VIVAnews.

Ia lalu hadir di salah satu program bulanan: speed dating atau kencan kilat. Ada 20 peserta di sana. 10 wanita dan 10 pria. Masing-masing duduk berhadapan. Aturannya, hanya boleh mengobrol dengan peserta di hadapannya.

Permainan dimulai begitu bunyi bel terdengar. Masing-masing bisa langsung mengobrol tentang apapun. Setiap lima menit bel akan kembali terdengar. Dan, saat itu, peserta pria harus bergeser satu kursi ke samping. Segera memulai obrolan lagi dengan peserta lain.

Permainan baru berakhir setelah 10 kali bunyi bel. Artinya, peserta pria telah 10 kali bergeser tempat duduk dan terlibat obrolan dengan 10 peserta wanita yang berbeda. "Sangat menyenangkan," kata Sekar.

Jelas menyenangkan. Lewat kencan kilat  itu, Sekar berhasil menemukan kekasih idamannya. "Kami mulai pacaran Februari, dua bulan setelahnya. Saya menemukan kecocokan ketika bersamanya," ujarnya. 

Tak hanya berhasil menyudahi masa jomblo, kencan kilat itu juga memperluas jaringan pertemanannya. "Banyak hal yang didapatkan selain pasangan. Sekarang saya berhubungan dengan anggota-anggota Date Race lainnya untuk bisnis."

The DateRace memang tak sekadar menawarkan jasa mak comblang. Pengelola membuka kesempatan bagi semua yang ingin bersosialisasi dengan lingkungan baru. “Masing-masing memiliki alasan bergabung. Jika ada yang berhasil mendapat jodoh, anggap saja itu bonus,” kata Nataya Naia, salah satu penggagas.

Bisnis Menggiurkan
Biro jodoh bukan lagi hal tabu. Menjadi semacam kebutuhan tak terelakkan bagi para lajang yang terlalu sibuk memikirkan karier. Bagi mereka yang tak lagi memiliki banyak kesempatan tebar pesona memancing jodohnya.

Yayasan Scorpio (Yasco) adalah contoh lain. Biro jodoh yang berpengalaman sejak 1974 ini sempat tercatat sebagai terbesar se-Asia Tenggara. Anggotanya berasal dari berbagai kalangan terhormat. Mulai dari selebriti, tentara, bahkan keluarga menteri.

"Kami memiliki visi dan misi untuk membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera. Kami ini seumpama mediator bagi mereka yang ingin menemukan jodohnya. Jadi, anggota di sini sudah seperti keluarga besar," ujar Wardi, wakil pengurus Yasco.
 
Wardi mengatakan bahwa Yasco menerapkan proses seleksi yang sangat ketat. Harus benar-benar lajang yang serius menemukan pendamping hidup. "Pernah ada yang ketahuan bohong sampai istrinya menelepon kami. Jadi, kami langsung menolaknya."

Dengan profesionalismenya, Yasco telah mempertemukan ratusan ribu pasangan. Sebanyak 7.000 di antaranya menikah. "Anggota kami kebanyakan sudah berusia di atas 30 tahun,” kata Wardi.

Ada pula biro jodoh eksklusif bertajuk 'Table for Two'. Sukes mencarikan jodoh kalangan pengusaha dan kalangan terpandang, biro jodoh ini memiliki dua jenis keanggotaan. Mau yang Rp2,5 juta untuk masa keanggotaan enam bulan atau Rp3,5 juta untuk setahun.

Cerita bahagia bukan cuma milik Sekar. Frida, pengusaha muda dan pelatih cheerleader di sekolah internasional juga merasakan kemudahan bertemu jodoh melalui jasa mak comblang profesional. Ia mengikuti casual matchmaking di sebuah situs kencan online.

Berkenalan dengan pria Perancis. Memulai perbincangan ringan. Saling mengenal. Membuat janji bertemu. Semua itu mengantarnya merasakan kedekatan emosional. Usai beberapa kali kencan, pria Perancis itu bahkan rela meninggalkan negaranya. Pindah ke Jakarta.
 
“Niat saya tidak macam-macam ketika saya memulai online dating service ini. Saya tidak punya trik-trik apapun karena saya berusaha apa adanya saja, dan saya memang ingin hubungan yang serius."

Ratih Ibrahim, seorang psikolog asmara, melihat semakin banyak kalangan profesional yang melibatkan biro jodoh. Sah-sah saja. Asal, jeli memilih yang terbaik. "Untuk beberapa orang, biro jodoh memang dianggap menghemat waktu dan energi," katanya. (adi)

Help! Saya Butuh Mak Comblang Gallery

Help! Saya Butuh Mak Comblang Help! Saya Butuh Mak Comblang Help! Saya Butuh Mak Comblang Help! Saya Butuh Mak Comblang Help! Saya Butuh Mak Comblang Help! Saya Butuh Mak Comblang Help! Saya Butuh Mak Comblang

0 comments:

Post a Comment