JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW) mengimbau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak perlu ikut-ikutan dalam kasus simulator SIM yang sedang ditangani Komis Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Bareskrim Mabes Polri.
Pasalnya, sejak awal penanganan kasus ini mengandung banyak keanehan. Bila SBY ikut turun tangan, maka presiden akan terjebak dalam keanehan-keanehan yang diciptakan KPK.
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane menilai keanehan yang diciptakan KPK terlihat dari alasan mengapa memberikan konsensi joint investigation dengan Mabes Polri. Dia juga mempertanyakan dasar hukum yang dipakai KPK, dalam satu kasus bisa ditangani dua institusi (KPK-Polri).
"Jika KPK memang punya bukti-bukti kuat, dengan 12 kewenangan yang dimilikinya, KPK bisa mengusut kasus simulator SIM tersebut tanpa harus join investigasi dengan Polri. KPK harus punya keberanian dan ketegasan. KPK jangan banci, dengan UU yang dimilikinya, KPK bisa power full untuk terus mengusut kasus simulator SIM," jelas Netta dalam keterangan persnya, Minggu (5/8/2012).
IPW merasa tidak setuju jika Presiden SBY ikut terjun lebih jauh menengahi KPK dan Polri. Keterlibatan SBY, kata Netta bisa dinilai sebagai intervensi dan pemihakan, yang secara jangka panjang akan membuat politik balas budi.
"Ujung-ujungnya, jika SBY membela KPK, SBY akan meminta konsensi pada KPK agar kasus-kasus korupsi yang melibatkan tokoh-tokoh Demokrat dilenyapkan. Padahal, saat ini cukup banyak tokoh Demokrat yang terlibat korupsi sedang ditangani KPK," paparnya.
Dia juga memberi apresiasi atas langkah Polri dalam menetapkan lima tersangka dalam kasus simulator SIM. Langkah tersebut sebagai tamparan bagi KPK dan menunjukkan KPK lamban dan tidak profesional. Diharapkan Polri tidak hanya berhenti di sini. Namun, terus melebar ke kasus-kasus korupsi lain di internal Polri agar kepercayaan publik terus terbangun.
Neta mengaku, saat ini sedang melakukan investigasi terhadap dugaan korupsi di Mabes Polri yang melibatkan sejumlah Jenderal Polri. "Dugaan korupsi itu terjadi di Lembang, Cikeas dan Cipinang, Jakarta Timur," pungkasnya.
(ful)
0 comments:
Post a Comment