Ilustrasi (foto: Okezone)
JAKARTA- Sejumlah keluarga korban pembantaian yang diduga sebagai simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1965 terus mendesak pemerintah mengusut kasus pelanggaran HAM di seputar peristiwa tersebut.
Namun, menurut Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, sebaiknya masyarakat atau pihak-pihak tertentu tidak usah mengungkit tragedi tersebut. Sebab, hal itu justru akan semakin membangkitkan kembali sentimen masyarakat antara umat muslim dengan simpatisan PKI.
"Membuka kembali luka lama pada tahun 1965 itu pekerjaan kurang terpuji. Biarlah yang 1965 itu menjadi sejarah abu-abu. Kalau membuka luka lama malah gak selesai-selesai. Nanti bisa-bisa jaman Ken Arok dan Mpu Gandring diperiksa juga," ujarnya kepada wartawan di DPR, Jakarta, Selasa (24/07/2012).
Akan menjadi lebih baik, lanjut Priyo, jika Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) agar fokus terhadap kasus-kasus HAM pada periode pascareformasi saja.
"Konsentrasi saja ada perbaikan atau tidak tentang perlakuan HAM di era reformasi. Sejak reformasi lah, komnas HAM saya mohon untuk fokus di sana. Lebih baik kita melihat ke depan. Biarkan itu menjadi bagian dari sejarah kita. Dan itu tidak boleh terjadi lagi dengan atas nama apapun," pungkasnya.
(ugo)
0 comments:
Post a Comment