ilustrasi
JAKARTA - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai partai politik yang berbasis agama sudah kurang relevan dan kurang signifikan, pada iklim politik saat ini.
"Menurut saya parpol berbasis agama itu sudah sangat jelas, sejarah menunjukan parpol yang berideologi sudah kurang relevan dan kurang signifikan. Karena karater budaya, sejatinya berada ditengah saja," ucapnya usai diskusi "Pemimpin Iklan & Uang Versus Pemimpin Rakyat", di Rumah Perubahan 2.0 Komplek Pertokoan Duta Merlin Blok C-17, Gajah Mada, Jakarta Pusat. Selasa (17/7/2012).
Kata dia, partai-partai nasionalis seperti Golkar dan Partai Demokrat, yang merupakan partai tengah sangat disukai oleh masyarakat, sehingga cepat sekali melambung namanya.
"Mengapa partai tengah, seperti Golkar dan Demokrat cepat melambungnya, mungkin Nasdem nanti. Karena dia aman," tambahnya.
Zuhro mencontohkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang saat ini usianya sama dengan partai Golkar sudah mulai ditinggalkan masyarakat dan berubah menjadi partai kecil.
Menurutnya ditinggalkannya partai berbasis agama, kemungkinan karena tidak bisa mengayomi masyarakat Indonesia yang mempunyai Bhineka Tunggal Ika, sebagai watak bangsa.
Lebih jauh Zuhro mengatakan pemimpin itu untuk Sabang sampai Marauke bukan untuk kalangan-kalangan tertentu. Hal inilah yang tidak dipelajari partai beridelogi agama.
"Untuk jadi pemimpin, tidak dicari yang memakai kerudung jadi memang kalau jadi pemimpin itu semua, tidak hanya masyarakat untuk yang berjubah, nah ini yang tidak dipelajari oleh Parpol termasuk parpol yang beridiologi agama," tutupnya. (ctr).
(ful)
0 comments:
Post a Comment