Presiden SBY (dok. Okezone)
BANDUNG - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan perkembangan politik global (geopolitik) dan tantangannya bagi bangsa Indonesia. Menurutnya, perkembangan geopolitik saat ini jelas berbeda dengan era Napoleon (Prancis).
"Geopolitik terus berkembang. Berbeda dengan era Napoleon, Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Dingin, bahkan berbeda dengan peristiwa runtuhnya World Trade Center (WTC)," katanya, Jumat (29/6/2012).
Hal itu disampaikan SBY dalam kuliahnya bertema "Perkembangan Geopolitik di Asia Pasifik Abad 21 dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia", di Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD), Bandung, Jumat (29/6/2012).
Untuk itu Indonesia harus mampu mengikuti lingkungan perkembangan tersebut. Manusia modern dituntut mampu beradaptasi terhadap perkembangan dan inovasi, sehingga bisa merespons kemudian menyesesuaikan diri. Misalnya terkait pertahanan dan keamanan, bisa membuat kebijakan dan strategis yang tepat.
"Dunia kita saat ini berada dalam globalisasi dengan interkonektivitas. Ada krisis di Euro, semua terpengaruh. Ketegangan politik di Timur Tengah, berpengaruh pada harga minyak global. Begitulah dunia saling tergantung," katanya.
Lanjut SBY, terjadinya revolusi di bidang teknologi infomasi membuat dunia makin dinamis. Banyak sekali variabel dan ketidakpastian, misalnya krisis dunia yang kerap terjadi. SBY menuturkan, pada 2008-2009 di Indonesia terjadi krisis ekonomi yang dimulai di AS, lalu merembet ke Zona Euro.
Selain itu, tantangan lain berupa ledakan penduduk dunia. SBY mencatat, pada 2045 penduduk dunia akan mencapai 9 miliar jiwa. Artinya kebutuhan akan pangan dan energi akan makin meningkat. "Ini tantangan di masa depan," ujarnya.
Menurutnya, kompetisi di bidang energi dan pangan akan makin keras ke depan. Ini juga terjadi di tengah perubahan iklim dan pemanasan global. "Maka mari kita kerja sama. Manusia akan makin banyak, Energi dan pangan akan terbatas, mari ubah gaya hidup kita untuk tidak boros untuk amankan sumber energi dan pangan," ajaknya.
Di sisi lain, terjadi kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan miskin. Kesenjangan ini bukan hanya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, tetapi juga di negara maju, termasuk di Amerika Serikat. "Jika di negara maju saja ada kesenjangan, di negara kita tentu terjadi itu," ujarnya.
(ris)
0 comments:
Post a Comment