VIVAlife- Libur panjang sering sekali diisi dengan kegiatan berwisata mengunjungi suatu tempat. Namun berbeda halnya dengan kegiatan liburan yang dilakukan Rani (14) seorang siswi kelas 8 dari SMP Negeri di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Rani beserta 20 orang teman sebayanya lebih memilih mengisi waktu liburan dengan belajar membatik. Motif khas batik Cianjuran menarik perhatiannya. “Batik kan lagi tren. Batik sekarang bagus-bagus motif sama warnanya, nggak seperti batik dulu yang biasa dipakai orang tua," katanya pada
VIVAlife.Anak-anak muda zaman sekarang, lanjut dia, mulai tertarik mengenakan batik. Selain corak, motif dan warnanya yang menarik, modelnya juga tak lagi kuno.
"Artis saja banyak yang pakai batik. Jadi, liburan tahun ini saya sama teman-teman ingin belajar bikin batik,” ungkapnya.
Para pelajar ini nampak asik duduk berkelompok di halaman teras sebuah rumah warga di Kampung Malabar, Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sambil sesekali bercanda mereka mencoba menggoreskan canting pada kain putih yang sudah patrun dengan motif khas Malabar untuk diisi cairan lilin dari canting mereka.
Di sudut lain terlihat pula sekelompok anak laki-laki tengah asik belajar melakukan pencelupan kain batik. Kain-kain yang penuh dengan motif dan selesai proses penyantingan langsung dilakukan pewarnaan oleh para pelajar laki-laki.
Pewarnaan ini dilakukan dalam sebuah bak kayu beralas terpal dengan ukuran 6 x 10 meter persegi. Para pelajar ini juga nampak piawai membolak-balikkan kain untuk proses pewarnaan. Sambil bersenda gurau mereka nampak bersemangat dan menikmati liburan mereka dengan mewarnai batik Malabar yang merupakan salah satu motif khas batik Cianjuran.
Semangat para pelajar ini bukan muncul begitu saja dan tanpa dampingan. Hendri Adrianto (38) tokoh pemuda Malabar yang berada dibalik semua kegiatan ini. Selama bertahun-tahun ia membauat inisiatif untuk mendekatkan batik pada lingkungannya, terutama untuk motif khas Malabar,Cianjuran. Ia tertarik melestarikannya dengan mengajak warga disekitarnya belajar membatik.
Tahun ini ia berinisiatif melakukan pendekatan kegiatan unik ini pada para pelajar di lingkungannya, namun tak disangka kegiatan mengisi liburan ini justru mendapatkan respon lebih luas di luar perkiraannya.
Pelatihan gratis yang diperkirakan tidak akan diikuti oleh lebih dari 10 orang pelajar justru mendapatkan respon dua kali lipat lebih. “Saya bersyukur ternyata masih banyak pelajar yang mau belajar batik,” ungkapnya bangga.
Hendri menuturkan,kegiatan pembelajaran membuat batik ini merupakan inisiatif sendiri. Didasari rasa kepedulian dengan lingkungan masyarakat sekitar, utamanya bagi anak usia produktif. Sebab katanya, tak sedikit anak usia sekolah dari Kampung Malabar yang kebingungan setelah menamatkan jenjang pendidikannya.
Jika melihat filosofinya, belajar membatik katanya juga memiliki banyak manfaat, baik lahir maupun batin. Manfaat secara batin, dengan membatik peserta didik dapat belajar sabar dan tekun dalam melakukan pekerjaan. "Karena membatik memerlukan keuletan dan ketekunan. Manfaat secara lahir, karya batik yang dihasilkan mempunyai nilai jual tinggi sehingga dapat menjadi solusi untuk pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidup," terangnya.