Thursday, July 5, 2012

Relasi Manusia-Tuhan dalam Bahasa Fiksi


Judul: Our Happy Time
ISBN: 978-602-8811-75-0
Penulis: Gong Ji-Young
Penerjemah: Pradita Nurmaya
Tebal:xvi+376 hlm
Penerbit: Bentang
Terbitan: Mei 2012

Sepak terjang manusia di muka bumi adalah hak paling esensial per-individu. Manusia dalam persepektif ilmu filsafat dianggap memiliki sejumlah naluri. Mulai dari naluri manusia sebagai manusia, manusia sebagai binatang (berakal), manusia sebagai hamba Tuhan. Penampakan manusia dalam takaran material dianggap bukan jaminan mutlak untuk menyimpulkan eksistensi manusia secara sempurna. Selain sisi material, manusia memiliki kecenderungan immaterial yang secara internal hanya bisa dibaca oleh Tuhan.

Perwujudan manusia sebagai objek yang memiliki aneka keinginan ini memiliki makna filosofi yang misteri. Sulit diungkap hanya dalam kedipan mata. Hakekat manusia sebagai objek dan subjek di muka bumi ini menjadi ruh dalam novel karya Penulis ternama asal Korea Selatan, Gong Ji-Young. Relasi Tuhan-Manusia, manusia-Tuhan, dan Manusia-Tuhan-Lingkungan dalam karya fiksi menjadi menu renyah untuk difahami.

Ada sejuta ilham, pesan, amanat yang tertuang dalam karya bergengsi ini. Perwatakan manusia yang memiliki sifat negatif dan positif menjadi idealisasi dalam menata diri menjadi lebih baik. Tak selamanya, dingin itu adalah salju dan panas itu berasal dari bara api. Dalam ruang lingkup dunia, hukum alam demikian bisa berubah. Artinya, sesuatu yang dianggap baik dalam kapasitas hukum kemanusiaan bisa berubah menjadi jelek. Gong Ji-Young dalam novel yang sudah diangkat ke layar lebar dengan judul Maundy Thursday ini mencoba memetakan kharakter negatif-positif manusia dalam sebuah alur cerita. Sedikit menggerutkan kening memang membaca novel penulis wanita paling populer dalam gelombang kebangkitan sastra Korea Selatan ini. Sangat menakjubkan, luar biasa dan hebat.

Pembacaan tentang sebuah realitas sifat manusia yang berhati setan, berhati malaikat, dan berhati kedua-duanya diramu dalam untaian kalimat penuh makna ini. Dengan menjadikan tokoh ‘aku’, penulis melotarkan kritik sosial atas sebuah realitas yang memang benar-benar marak terjadi; orang baik, dalam himpitan masalah bisa melakukan tindakan menjijikkan. Jeong Yun Su adalah tokoh antagonis yang berubah dari watak baik menjadi tidak baik. (69-71).

Penulis sangat lihai dalam membangun konflik, klimaks dan anti klimaks dalam karya sastra ini. Perwatakan negatif tokoh ditampilkan dalam bentuk sebuah alur cerita yang sagat mengalir. Sehingga, ketegangan (suspense) dalam cerita novel ini indah dan mengharu biru. Ada sosok jahat, setengah-setengah, baik dalam novel setebal 376 halaman ini. Pembaca bisa membayangkan, bagaimana seandainya menjadi seorang ‘aku’ dalam novel ini; dihunjam ketakutan, putus asa, iri, sakit hati, suka cita, dan cinta. Pertarungan batin tokoh aku memaknai eksistensi diri dan Tuhan sangat kental (hl 331).

Meski pada titik anti klimak, kejahatan sosok pembunuh berdarah dingin yang dikultuskan dalam diri Jeong Yun Su runtuh oleh kesejukan nasehat Bibi Monika. Monika, dalam cerita ini adalah tokoh yang identik dengan sifat baik. Dia, selalu mengabarkan makna kebenaran akan Tuhan. Tuhan, ada pada setiap manusia. Tuhan menebar sayang kepada semua orang. Namun, kasih sayang Tuhan tidak bisa hadir dalam kejumudan hati dan otak yang tidak nyambung. Akhirya, tidak ada yag abadi dari apa yang kita miliki selain tanggungjawab. Anda penasaran? Selamat Membaca.

Peresensi: ZAITUR RAHEM, Mahasiswa Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabay.  Aktif menulis di sejumlah media: Radar Surabaya, Kendari Pos, Annida Online, Jawa Pos, Kompas, Majalah KUNTUM Jogjakarta, MPA, Nuonline, Memorandum, Tabloid Info dan majalah Parlemen.


(//mbs)

Relasi Manusia-Tuhan dalam Bahasa Fiksi Gallery

Relasi Manusia-Tuhan dalam Bahasa Fiksi Relasi Manusia-Tuhan dalam Bahasa Fiksi Relasi Manusia-Tuhan dalam Bahasa Fiksi Relasi Manusia-Tuhan dalam Bahasa Fiksi Relasi Manusia-Tuhan dalam Bahasa Fiksi Relasi Manusia-Tuhan dalam Bahasa Fiksi Relasi Manusia-Tuhan dalam Bahasa Fiksi

0 comments:

Post a Comment