Sunday, June 3, 2012

Firasat Cinta

Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)
Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)

SEMBURAT warna merah terang benderang membujur dari utara ke selatan, pertanda fajar shodiq telah terbit. Seorang pemuda terpaku di balik selimutnya, dia terjaga dari tidurnya. “Entah pertanda apa?,” gumannya.

Pemuda itu tak lain Azma Akmalul Sholih, mahasiswa semester VIII sebuah Universitas Islam Negeri di Kota Semarang, Jawa Tengah. Tanpa berpikir panjang Azma lalu bergegas menuju kamar mandi mengambil air wudlu. Biasanya salat malam tahajud, tasbih, hajat, dan witir ia kerjakan. Tapi malam ini entah mengapa tidak seperti malam-malam biasanya.

Kemericik dinginnya air membasahi mukanya, bekar air wudlu berjatuhan laksana malaikat-malaikat kecil yang senantiasa bertasbih memintakan ampunan. Rakaat demi rakaat telah diselesaikannya, tiba saat berdoa, bermunajat kepada zat yang selalu membangunkannya setiap hening malam. Sambil berlinangan air mata ia panjatkan doa, teringat akan kejadian tempo hari saat ia menyatakan isi hatinya kepada  mahasiswi dambaannya, Ulya, sebut saja begitu.

Himmatul Ulya gadis yang  cantik juga berkarakter, yang selalu menjadi perbincangan di kampus, bukan karena kecantikannya semata, tapi karena keteguhannya memegang syariat Islam. Kebetulan dia juga putri salah seorang tokoh agama di sebuah kota kecil di bagian timur Semarang.

“Ulya, tunggu sebentar, kamu ada waktu luang gak,”Azma bertanya pada Ulya. “Bisa tapi gak lama, karena sebentar lagi aku ada jam kuliah Filsafat,” jawab mahasiswi tarbiyah semester IX ini.

“Ok, sebetulnya aku mau ngajak kamu makan siang dan sekalian ada sesuatu yang harus aku ceritain ke kamu, Ulya“  “Yach di sini kan bisa tho Azma, tak perlu kamu repot-repot nraktir aku segala, atau lagi dapat banyak orderan ya, jadi bingung menghabiskan uang?,” canda Ulya.

“Ach, kamu Ul, bisanya ngejek aku, mahasiswa yang tak punya, ya memang aku bisa kuliah di sini berkat jasa baik pemerintah yang memberiku beasiswa dan untuk mencari uang saku aku harus ngelesin anak-anak ke sana kemari, tapi bukan berarti aku gak bisa nraktir kamu?” debat Azma, tanpa terasa akhirnya mereka tenggelam dalam canda dan tawa. “Ya, ya aku percaya dech pak guru, lalu gerangan apa yang akan kamu omongin ke aku, kayaknya ada yang serius ya ?

“Gini Ul,” tiba tiba lidah Azma terasa kelu, pahit sekali tenggorokan dan terasa hilang air liur dari mulutnya. “Azma, kita kan sudah berteman cukup lama, kok kamu tegang amat mau bicara saja kok susah. “Potong Ulya”.

“A,a, aku anu…………..ach,” gerutu Azma kesal dengan dirinya sendiri, tanpa terasa keringat dingin membasahi keningnya. “Wah, kuliahku sudah hampir mulai, kutinggal dulu Azma, kapan-kapan saja kita bicara lagi, aku makasih ma kamu lho, kamu telah menjadi inspirasiku.

Setelah peristiwa itu, Azma mencari cara yang tepat dan jitu untuk mengutarakan maksud hatinya kepada Ulya, hingga pada suatu malam akhirnya ia beranikan diri dengan mengendarai sepeda motor Honda Grand 1997 melaju menelusuri pekatnya malam di Jalan Wolter Mongisidi.

Memang jarak rumah Azma dengan Ulya sekitar 10 kilometer, akan tetapi Azma tidak langsung menuju ke rumah gadis yang gak tahu mengapa akhir-akhir ini selalu mengusik hatinya. Yang selalu menari-nari di otaknya, apakah memang ini gadis pilihan Allah yang sengaja disiapkan untuknya? Yach meskipun usianya baru 23 tahun, dengan ta’aruf kepada seorang gadis itu lebih baik daripada nanti ketika sudah pada saatnya menikah belum punya pilihan, wah malu donk kalo dijodohkan.

Terbesit keraguan menyelimuti diri Azma tatkala jarak rumah Ulya tinggal 100 meter, ia belokkan sepeda motornya di sebuah ruko kecil, ya disebuah bangunan yang ada tulisan besar WARTEL IPONG, di dalamnya terdapat 4 kamar telepon dan Azma memilih kamar yang nomer 3 karena kebetulan semuanya penuh. Setelah menekan nomor ponsel Ulya yang sudah ia hapal.

“Tut……………tut…….. Hallo…” nada tersambung, suara dari kejauhan yang merdu, dia hapal suara itu “Asalamualaikum, ini Azma, Ulya” Azma memulai percakapan dalam teleponnya, jarum jam Wartel menunjukkan pukul 19.00 WIB. “Waalaikum salam, oh Azma tho, kok tumben nelefon, ga bawa HP kamu, pakai nomor Wartel, ni lagi di mana?” jawab Ulya. “Ah itu gak penting Ulya, yang penting aku pengin kamu tahu isi hatiku selama ini ke kamu. “Azma terdiam sesaat, tidak ada jawaban dari HP Ulya.

“Ulya, sudah lama sekali sejak kita berteman aku telah mengenal kamu, sikap kamu, dan segala kekurangan dan kelebihan yang kau miliki, akhirnya hatiku terpaut untuk mencintaimu”. Di seberang sana Ulya mendengarkan dengan seksama “Aku tahu ini merupakan suatu yang tak kau sangka-sangka, tapi semakin ku simpan perasaan ini batinku makin tersiksa, dan aku juga tahu kamu butuh waktu untuk memikirkan semua ini, maka aku sanggup menunggu jawabanmu Ulya”.

“Ehm……….terima kasih Azma atas perhatian yang kau berikan selama ini, dan terima kasih pula kamu telah memberikan waktu untukku berpikir, ok aku akan pikirkan “ akhirnya Ulya angkat bicara. “Ya, ya terima kasih Ulya, aku akan tunggu jawabanmu, makasih ya assalamualaikum ?” Azma mengakhiri pembicaraan dalam telepon.

Selang 7 hari, dengan hati cemas tidak karuan, dan belum ada tanda-tanda ada jawaban dari Ulya, Azma juga tidak berani kontak dengannya dan memberikan waktu seluas – luasnya untuk Ulya, sejak kejadian itu hampir vakum hubungan di antara mereka kebetulan Azma ada kegiatan persiapan perkemahan untuk siswa MTs Al Kaustar dan tak sempat masuk kuliah sehingga total tidak lagi pernah bertemu dengan Ulya.

Ketika duduk saat jam istirahat mengajar, Azma ditegur Pak  Basuki, guru senior di MTs Al Kaustar. “Piye kabare (gimana kabarnya) Azma, cah nom (anak muda) kok sedih, wis duwe pacar durung (sudah punya pacar belum)?” tanya pak Basuki dalam Bahasa Jawa ngoko.

”Oh, Pak Basuki” Azma tersentak kaget dari lamunannya ”Ach, aku gak mikirin cewek kok pak, lagian mana ada  cewek yang mau ma aku?” “Lho, jangan begitu tho Azma, Allah itu kan telah menjadikan manusia berpasang-pasangan, bersuku-suku bangsa untuk saling mengenal, tidak ada salahnya sebelum besok siap ke jenjang pernikahan kamu sudah punya calon, eh, sekarang usiamu berapa tho?”

”Baru menginjak usia 25 pak,” jawabku. “Orang  tipe seperti kamu itu banyak disukai terutama para kaum hawa, disamping penampilanmu kamu juga mempunyai kelebihan- kelebihan lain, tentunya merupakan bekal yang cukup untuk besok mengarungi kehidupan di dunia, zaman sekarang sulit mencari pemuda yang menguasai ilmu agama secara mendalam dan ilmu umum seperti kamu, apalagi kamu sudah PNS, andai kamu mau aku kenalin dengan seseorang.”

Azma sadar betul sebagai manusia Allah menciptakan dua telinga dan mulut hanya satu, artinya manusia itu harus banyak mendengar ketimbang berbicara, apalagi yang ada di depannya adalah guru senior yang ia kagumi.

Jam 13.30 WIB Azma pulang dari sekolah. “Ting, tong…” bunyi suara dari ponsel Nokia 2600 classic, berarti ada satu pesan yang masuk. “Asalamualaikum, apa kabar Azma, please open your email, ok “ bunyi pesan singkat yang dikirim Ulya.

Selepas mahgrib Azma bergegas pergi ke Tlogosari karena di sana banyak warung internet. Dia lantas membuka email-nya the_soldier456@yahoo.com dengan memasukkan password “islamku” muncullah email yang diharapkan Azma.

“Hai Azma sobatku, telah lama kita saling mengenal, di mataku engkau adalah pemuda sempurna, memiliki wawasan luas, ilmu agama yang mumpuni, wajah dan penampilan yang keren serta pak guru PNS  lagi, untuk masalah isi hati yang kamu utarakan kemarin, Azma, terus terang saja aku sudah memutuskan pilihan hatiku dan cintaku yang lama kucari telah kutemukan, dialah sahabatmu Hendra Setiawan, jangan kamu berpikiran bahwa aku cewek yang matre, dan aku harap kamu dapat memahami dan menjaga selalu silaturrahim di antara kita,” pengirim ulyakeren@yahoo.co.id.

Seakan dunia menjadi gelap, bumi berputar dan hati Azma remuk hancur berkeping-keping. Tak terasa terlingan air mata, begitulah manusia tidak pandang laki atau perempuan ketika patah hati. Tapi Azma sadar ia berada di Warnet, segera ia menutup email-nya dan membayar ke kasir untuk selanjutnya pulang.

“Cintaku bertepuk sebelah tangan, yach sudahlah apa dikata, memang Hendra lebih sempurna dariku, meski sama-sama guru PNS, tapi Hendra memang kaya dan menjanjikan secara materi serta terlahir dari keluarga kaya, siapa yang tidak akan jatuh ke pelukan dia,” batin Azma bergemuruh.

Tiga bulan berlalu, Sejak kejadian itu Azma praktis tidak lagi bertemu Ulya, tapi mengapa malam ini ia bermimpi tentang Ulya? Dalam mimpi, Azma bertemu dengan Ulya serta minta ia melamarnya, inilah mimpi yang tidak masuk akal ataukah memang ada sebersit harapan untuk mendapatkan cinta Ulya.

Sejenak setelah berwudlu dan salat malam, Azma keluar ke belakang rumahnya dan  memandang ke arah timur, semburat warna merah masih terang kelihatan oleh mata telanjang, serta terangnya rembulan purnama dihiasai bintang nan elok, dalam hati Azma berucap:

“Andai aku boleh memilih, biarlah aku menjadi bintang atau bulan yang tidak angkuh ketika bertahta, dan tidak mengeluh ketika terbenam. Biarlah aku menjadi sang fajar, yang gigih mengusir kelamnya malam, namun rela menyingkir untuk memberi tempat bagi sang surya yang lebih cemerlang, mencintai tidak harus memiliki dan karena cinta sejati memang hanya untuk baginda Nabi dan Allah SWT.”

Tak terasa panggilan salat subuh berkumandang. Pagi ini Azma harus mengajar di MTs Al Kautsar di Jl MT Haryono Semarang. Setelah bersiap ia menuju ruang tengah untuk sarapan. ”Azma kenapa tidak bergairah seperti biasa,” sapa ibunda tercintanya. “Lha lagi patah hati kali bu,” sahut Suci Kumala, adiknya yang masih duduk di MAN 2 Semarang.

“Ah tidak apa-apa kok bu, mungkin aku kecapekan saja,”Azma beralasan. “Bu saya pamit dulu” Azma dan adiknya bersalaman “Hati-hati nak di jalan, jangan ngebut.” Setelah mengantar adiknya ke sekolah, Azma memacu kendaraannya dengan cepat karena waktu menunjukkan pukul 06.45 WIB, artinya 15 menit lagi dia akan terlambat. Motor honda Supra Fit  melaju dengan kecepatan 80-100/ km, sampai di jalan arteri Tlogosari, tepatnya di depan kampus Univeritas Kelautan, tiba-tiba sebuah truk dengan muatan penuh melaju menyerobot arah jalan Azma dan…………….brakkk deerrr!

”Allah, Allah….” jerit Azma. Ternyata truk tadi menabrak Azma, spontan dia terpelanting dan……ada mobil trayek di belakangnya.

*****

”Aduh, sakit sekali tangan dan kakiku, di mana aku ini,” tanya Azma. “Sudah jangan banyak bergerak, tangan dan kaki kananmu patah, akibat kecelakaan tadi pagi, kamu sekarang di Rumah Sakit Sultan Agung Semarang,” jawab ibu yang diamini oleh adiknya.

“Inikah firasat mimpi cintaku tadi malam? Untung baru melamar, andai mimpi menikah dengan Ulya?,” batin Azma.

Penulis : Abi Dipa

(Bagi Anda yang memiliki cerita pendek dan bersedia dipublikasikan, silakan kirim ke alamat email: news@okezone.com)

(//ded)

Firasat Cinta Gallery

Firasat Cinta Firasat Cinta Firasat Cinta Firasat Cinta Firasat Cinta Firasat Cinta Firasat Cinta

0 comments:

Post a Comment